Rabu, 18 September 2013

ASKEP PASIEN DENGAN KOLOSTOMI




v KONSEP DASAR
2.1  PENGERTIAN
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Colostomy adalah sebuah  lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).

2.2  JENIS KOLOSTOMY BERDASARKAN LOKASI
Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya;
·         transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon transversum,
·         sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid,
·         kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden 
·         kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi, 2006)

2.3  JENIS-JENIS KOLOSTOMI LAMA PENGGUNAAN
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
*      Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
*      Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.

Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

2.4  BERDASARKAN LUBANG KOLOSTOMY DIBAGI MENJADI 3:
1.      Single barreled stoma,
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup. 
2.      Double barreled,
 Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3.      Kolostomi lop-lop,
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong. 

2.5  INDIKASI KOLOSTOMI
Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon:
·         Trauma kolon dan sigmoid
·         Diversi pada anus malformasi
·         Diversi pada penyakit Hirschsprung
·         Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal

2.6  KOMPLIKASI
a.      Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
·         Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.
·         Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
·         Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.
b.      lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
c.       Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal.
d.      Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses.
e.      Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui celah.
f.        Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
g.      Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
h.      Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
i.        Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma.
j.        Perdarahan stoma
k.       Hernia Paracolostomy
l.        Pendarahan Stoma
m.    lnfeksi luka operasi
n.      Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
o.      Sepsis dan kematian

Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

2.7  PEMERIKSAAN PENUNJANG
·         Foto polos abdomen 3 posisi
·         Colon inloop
·         Colonoscopy
·         USG abdomen

2.8  PERAWATAN KOLOSTOMY
Ø  Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
Ø  Tujuan
·         Menjaga kebersihan pasien
·         Mencegah terjadinya infeksi
·         Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
·         Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
Ø  Persiapan pasien
·         Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll
·         Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
·         Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien
Ø  PERSIAPAN ALAT
1.      Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2.      Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3.      Kapas kering atau tissue
4.      pasang sarung tangan bersih
5.      Kantong untuk balutan kotor
6.      Baju ruangan / celemek
7.      Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8.      Zink salep
9.      Perlak dan alasnya
10.  Plester dan gunting\
11.  Bila perlu obat desinfektan
12.  Bengkok
13.  Set ganti balut

Ø  PROSEDUR KERJA
1.      Cuci tangan
2.      Gunakan sarung tangan
3.      Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4.      Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5.       Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6.      Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
7.      Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8.      Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9.      Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
10.  Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11.  Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12.  Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13.  Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien
14.  Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15.  Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16.  Merapikan klien dan lingkungannya
17.  Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18.  Melepas sarung tangan
19.  Mencuci tangan
20.  Membuat laporan


v ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Sistem Pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.

SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN
1)      Oris (rongga mulut)
2)      Faring (tekak/tenggorokan)
3)      Esofagus (kerongkongan)
4)      Gaster  (lambung)
5)      Intestinum minor
a.      Duodenum (usus 12 jari)
b.      Yeyenum
c.       Ileum
6)       Intestinum Mayor
a.       Seikum
b.      Kolon asendens
c.        Kolon transversum
d.      Kolon desendens
e.      Kolon sigmoid
7)      Rektum
8)      Anus.

*      Alat-alat Penghasil Getah Cerna
1.Kelenjar Ludah:
a) Kelenjar (glandula) parotis
b) Kelenjar submaksilaris
c) Kelenjar sublingualis
2.Hati
3.Pankreas
4.Kandung empedu

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar dari dari pada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.
Kolon memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan dengan proses akhir isi usus. Fungsi kolon yang penting adalah absorbsi air dan elektrolit , yang sudah hampir selesai dalam kolon dextra . kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus
Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum dan pankreas di sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi daripada yang kanan yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang mobile. Flexura coli dextra erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus dextra bagian caudal) yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang cabang arteri colica media. Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica media yang berasal dari arteri mesenterica superior pada 2/3 proksimal ,sedangkan 1/3 distal dari colon transversum mendapat arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal dari arteri mesenterica inferior
Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra. Lapisan cranial mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf. Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.
Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum dan erat hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior.
Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperitoneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang- cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus intersigmoideus.
Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti periarcaden, yang memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus. Yang membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra, arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior. Pada umumnya pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon transversum dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal yang sama dengan arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh darah vena mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior yang bermuara ke dalam vena porta. Aliran limfe mengalir menuju ke Lnn. ileocolica, Lnn. colica dextra, Lnn. colica media, Lnn. colica sinistra dan Lnn. mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju truncus intestinalis.

v  PATOFISIOLOGI
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ).Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara,sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan.


v  ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI
1. Pengkajian
a. Keadaan stoma :
·   Warna stoma (normal warna kemerahan).
·   Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
·   Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
·   Posisi stoma.
b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
·      Konsistensi, bau, warna feces.
·      Apakah ada konstipasi / diare ?
·      Apakah feces tertampung dengan baik ?
·      Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?
c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
·      Keluhan nyeri ada/ tidak.
·      Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
·      Kualitas nyeri.
·      Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
·      Apakah pasien gelisah atau tidak.
d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
·      Tidur nyenyak/ tidak.
·      Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
·      Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
·      Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
e. Bagaimana konsep diri pasien ?
f. Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, & peran.
g. Apakah ada gangguan nutrisi :
·      Bagaimana nafsu makan klien.
·      BB normal atau tidak.
·      Bagaimana kebiasaan makan pasien.
·      Makanan yang menyebabkan diare.
·      Makanan yang menyebabkan konstipasi.
h. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
·      Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.
·      Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

*      Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:
·         Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis.
·         Pencegahan terhadap komplikasi.
·         Pemberian dukungan untuk rnerawat anak.
·         Menyediakan informasi bagi keluarga.
2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2.      Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
3.      Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis
4.      Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
6.      Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat

3.      Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN/KH
INTERVENSI
RASIONAL
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan

TUJUAN:
Diharapkan rasa nyeri berkurang/hilang

KH:
-          Skala nyeri 0-10
-          Wajah tampak rilek


1.      Kaji keluhan dan derajad nyeri
2.      Motivasi untuk melakukan tekhnik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian
3.      Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri
4.      Pertahankan puasa
5.      Berikan analgetik sesuai dengan program medis

1.      Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri sehingga memudahkan dalam memberikan tindakan
2.      Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi rangsangan nyeri 
3.      Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri
4.      Unttuk mengistirahatkan usus 
5.      Analgesik membantu memblok jaras nyeri 

Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi

Tujuan :
 dapat mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
-          Iritasi berkurang
-          Luka kering .

1.      Jelaskan pentingnya merawat luka pada pasien kolostomi
2.      Observasi luka, catat karakteristik drainase
3.      Kosongkan irigasi dan bersihkan kantong kolostomi secara ritun
4.      Kolaborasi pemberian antibiotik
1.      Meningkatkan pengetahuan pasien tentang kondisinya dan tindakan yang akan dilakukan
2.      Perdarahan pasca operasi terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi
3.      Menghilangkan bakteri dan mengurangi resiko infeksi
4.      Mengurangi resiko infeksi
Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis

Tujuan :
Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi

Kriteria hasil :
-          Menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negative
-          Menunjukkan penerimaan dengan melihat / menyentuh stoma dan berpartisipasi dalam perawatan diri
-          Menyatakan perasaan tentang stoma / penyakit
Mulai menerima situasi secara konstruktif

1.      Catat perilaku menarik diri, peningkatan ketergantungan, manipulasi/tidak terlibat dalam perawatan
2.      Berikan kesempatan pada pasien atau orang terdekat untuk memandang atau menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif tentang penyembuhan penampilan normal dsb. Tingkatkan pasien bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik secara fisik dan emosi
3.      Berikan kesempatan pasien menerima kolostomi melalui partisipasi perawatan diri
4.      Jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien
1.      Dengan masalah pada penilaian yang dapat memrlukan evaluasi lebih lanjut dan terapi lebih dekat
2.      Menyentuh stoma menyakinkan pasien/keluarga bahwa hal itu tidak mudah rusak dan gerakan pada stoma merupakan peristaltic yang normal
3.      Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayan diri dan penerimaan situasi
4.      Meningkatkan rasa control dan memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani masalah tersebut, meningkatkan harga diri
Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy

Tujuan :
Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.
Kriteria Evaluasi :
-          KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari).
-          Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur.
-          Klien kelihatan segar (tidak mengantuk).

1.      Jelaskan perlunya pengawasan fungsi usus dalam operasi awal
2.      Berikan system kantong adekuat, kosongkan kantong sebelum tidur, bila perlu pada jadwal yang teratur
3.      Biarka pasien mengetahui bahwa stoma tidak akan cedera bila tidur
4.      Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur
5.      Kolaborasi berikan analgesic, sedative saat tidur
1.      Pasien lebih dapat mentoleransi gangguan dari staf bila ia memahami alas an/pentingnya perawatan
2.      Flatus/feses berlebihan terjadi meski diintervensi, pengosongan pada jadwal teratur meminimalkan kebocoran
3.      Pasien akan mampu beristirahat lebih baik bila merasa aman tentang kolostomi stomanya
4.      Nyeri mempengaruhi kemampuan pasien untuk jatuh/tetap tidur. Obat yang tepat waktu dapat meningkatkan istirahat/tidur selama periode awal pasca operasi. Catat jaras nyeri pada otak ada dipusat tidur dan dapat memmpengaruhi pasien menjadi terbangun
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen

Tujuan :
Diharapkan pasien dapat melaukan aktivitas sesuai kondisinya
KH:
-          Px mampu mika-miki tanpa bantuan
-          Px dapat duduk sendiri

1.      Jelaskan pentingnya gerakan/aktivitas bagi pasien
2.      Bantu dan latih pasien untuk melakukan aktivitas/gerakan
3.      Ubah posisi secara periodic sesuai kondisi pasien
4.      Motivasi pasien untuk tetap melakukan latihan
1.      Gerakan mengurangi spasme otot akibat bedrest
2.      Meningkatkan rasa kepercayaan dan meminimal resiko dekubitus
3.      Perubahan posisi menurunkan insiden komplikasi kulit
4.      Meningkatkan rasa percaya diri dan untuk semangat sembuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat

Tujuan :
Diharapkan nafsu makan pasien meningkat
KH:
-          Bebas tanda malnutrisi
-           Pola makan 3 kali sehari

1.      Jelaskan pentingnya nutrisi pada pasien
2.      Jelaskan makanan yang dianjurka dan yang dipantangkan
3.      Monitor makanan dalam porsi sedikit tapi sering
4.      Monitor makanan-makanan yang dikonsumsi
5.      Kolaborasi dengan ahli gizi
1.      Nutrisi dapat mempercepat penyembuhan luka
2.      Mencegah kondisi yang buruk pada pasien
3.      Menurunkan resiko mual, muntah
4.      Mencegah timbulnya keracunan makanan atau kondisi pasien yang buruk
5.      Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan funngsi usus




6 komentar: