Rabu, 18 September 2013

BABU NA'AT

1.1     AN – NA’TU (اَلنَّعْتُ )/SIFAT
1.1.1        Definisi Na’at
اَلنَّعْتُ وَيُسَمَّ الصِّفَةَ أيْضاً هُوَ يُذْكَرُ بَعْدَ اسْمٍ لِيُبَيِّنَ بَعْضَ أَحْوَالِهِ.  ANNA’TU dinamakan sifat, di dalam tata bahasa arab, ia harus bertempat di belakang, system penempatannya hamper sama saja dengan tata bahasa Indonesia. Setiap akhiran kata nama yang menempati tempat sifat, baris harus disamakan dengan baris akhiran kata nama sebelumnya, karena ia menerangkan sebagian dari kelakuannya seperti :
نَجَحَ التِّلْمِيْذُ اَلْمُجْتَهِدُ “ murid yang bersungguh sungguh telah lulus”
Dengan demikian jelas bahwa :
Yang disebut na’at, sebagaimana contoh di atas adalah ; sifat yang mengikuti isi sebelumnya, dari segala keadaan barisnya, baik isim sebelumnya berbaris depan, atas, dan bawah, maka ia pun mengikuti baris isim yang di belakangnya, begitu pula jika isim sebelumnya terdiri isim mufrad (tunggal), maka iapun harus demikian halnya, arti tidak boleh berlawan sama sekali, dan jika boleh berlawan, ia tidak dinamakan na’at, artinya ia harus keluar dari golongannya.
Contoh :
جَاءَ الرَّجُلُ اَلْمُجْتَهِدُ “ laki – laki yang bersungguh- sungguh telah datang”
Perhatikan ! contoh tersebut pada اَلْمُجْتَهِدُ kemudian yang terletak di belakangnya dinamakan dengan man’ut, tata tertib hukumnya dalam kalimatnya harus berdasarkan pada isim sebelumnya misalnya : jika na’at atau sifat, terdiri dari kata muzakar ( kata, tunggal untk laki – laki) maka mausufnya juga harus demikian sama.
1.1.2        Syarat – syarat Na’at
Adapun syarat – syarat Na’at ada dua bagian :
1.      Na’at
اَنْ لاَيَكُوْنَ اِلاَّ تابِعاً لَمَا قَبْلَهُ فِى جَمِيْعِ الأحْوَالِ
Yaitu isim tidak lain yang hanya mengikuti sebelumnya dalam semua keadaan
Contoh :
جَاءَ زَيْدٌ جَاءَ الرَّجُلُ اَلْمُجْتَهِدُ “ laki – laki yang bersungguh- sungguh telah datang”
Lafazh اَلْمُجْتَهِد merupakan na’at mudzakar (laki –laki ) yang mengikuti isim sebelumnya
2.      Man’ut
اَنْ يَكُوْنَ اسْماً ظاهِراً اَبَداً Yaitu isim yang selamanya menggunakan isim dhohir
Contoh:
جَاءَ زَيْدٌ جَاءَ الرَّجُلُ اَلْمُجْتَهِدُ “ laki – laki yang bersungguh- sungguh telah datang”
Lafazh الرَّجُلُ merupakan isim dhohir dan kedudukan sebagai man’ut ( yang diikuti )
2.2.3        Pembagian Na’at
Na’at terbagi dua yaitu :
1.      Na’at Haqigi ( نَعْتٌ حَقِيقى )
Na’at Haqiqi yaitu isim yang mengikuti mausufnya dan I’robnya dan menyempurnakan mausufnya karena sudah dijelaskan mausufnya dengan dhomir yang disimpan pada sifat contoh :
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ كرِيْمٍ = saya berjalan dengan laki – laki yang mulia
2.      Na’at Sababi نَعْتُ سَبَبِى ) )
Na’at Sababi yaitu isim yang mengikuti mausufnya dan I’robnya dan menyempurnakan mausufnya karena sudah dijelaskan mausufnya dengan dhomir yang mengikat pada Fa’il dhohir yaitu sifat yang mana dhomirnya kembali kepada mausufnya.
contoh :
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ كرِيْمٍ اَبُوهُ = saya berjalan dengan laki – laki yang mulia yaitu bapaknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar